Thursday, September 6, 2012

Arang and The Mangistrate : Episode 2


Sumber : www.dramabeans.com

 

Eun-oh menyadari kalau arang merupakan penghubung antara dirinya dengan ibunya yang hilang, menyadari itu, eun-oh lalu  memacu kudanya semakin kencang untuk menghindari kejaran mu-young. dengan kekuatan hantunya, mu-young menambah kecepatan tapi kemudian berhenti karena arang melempar kelopak bunga peach kearahnya. salah satu kelopak bunga itu menggores mukanya. fiuhh


Ketika mereka sampai di tepi sungai, Eun-oh merasa gelisah dan menarik konde arang dari rambutnya.

flashback
Eun-oh memberikan konde itu ke ibunya, dan sekarang dia ingin tahu bagaimana arang bisa mendapatkan konde itu. Arang mengambil kondenya kembali dan berkata "itu punyaku!" - Arang mendapatkan konde itu ketika dia pertama kali bangun dan mendapati dirinya sudah menjadi hantu, jadi pasti itu kepunyaannya sebelum dia mati.. EUn-oh berpikir kalau itu berarti Arang bertemu ibunya ketika akan meninggal, tapi sayangnya ingatan arang hilang dan tidak akan dapat petunjuk apapun dari arang.

Arang berterima kasih pada eun-oh karena telah menolongnya, tapi eun-oh menghiraukannya dan menawarkan diri membatu arang mencari jati dirinya- mungkin arang akan mengingat jika diberikan petunjuk mengarah ke ibunya.


Arang berkata kalau dia baik-baik saja selama ini, berpikir kalau eun-oh meruapakan orang yang baik, laki-laki yang bersimpati dibalik sikap dinginnya : "aku penilai karakter yang bagus!" Arang bergumam, eun-oh mendengarnya dengan segan dan berkata kenapa hantu senang berlama-lama didunia, kenapa tidak langsung pergi ke dunia lain...

Arang menjawab. "kalau kau belum meninggal, jangan bicara. setiap orang memiliki alasan sendiri." nama Arang adalah pemberian : "kau tahu betapa frustasinya tidak dapat mengetahui siapa diri kamu sebenarnya?" Eun-oh mengingatkan kalau pengumpul arwah itu yang memanggilnya arang, tapi sebagai tambahan, "akau tidak akan memanggil dengan namamu, amnesia." xiixixi  Arang berkata kalau itu tidak masalah, lagipula mereka tidak akan mengenal cukup lama untuk menggunakan nama itu.

 

Mu-young tiba di surga untuk menghadap kaisar langit dan terhenti ketika melihat para peri yang sedang berkebun. Kaisar langit menebak kalau mu-young sedang memikirkan adiknya , dan memberitahu pada mu-young kalau suatu hari mereka akan kesini utnuk kehidupan selanjutnya, mereka harus memutuskan hubungan dengan kehidupan di dunia..

Mu-young melapor kalau dia belum berhasil menangkap hantu yang kabur. Raja neraka tiba-tiba muncul dan langsung bertanya bagaimana tali merah dapat terlepas dari tangan Arang ketika pertama kali menangkapnya. Kaisar langit berkata kalau Arang akan datang dengan kemauannya sendiri- benih takdir telah ditaburkan, dan sekarng waktunya tunas untuk berkembang.
Untuk demonstrasi, kaisar langit menyentuh bunga ditaman, seperti tombol lampu, semua yang berkembang menjadi putih. kaisar langit : "Takdir adalah seperti ini- itu akan terus berputar dan berputar dan berputar dan pada suatu waktu semua akan kembali pada tempat semula." kaisar menyentuh bunga-bunga itu lagi dan berubah warna menjadi warna-warni.

Kembali ke miryang, Eun-oh kaget ketika dol-swe mengumumkan kalau dirinya tetap menjadi hakim dikota itu. Dol-swe takut tuannya mengalami luka, dan karena dol-swe bukan orang yag cepat marah dan berpikiran sempit, dol-swe menyalahkan trio bang dan berlari mencari mereka.

Trio bang sebenarnya khawatir karena hakim yang baru tidak meninggal seperti yang diperkirakan. Bang no.1 menulis surat kepada raja, menjelasakan bahwa hakim yang baru melarikan diri dari jabatannya dan merupakan sebuah penghinaan untuk raja. Bang no.2 : "akupikir itu sudah seperti orang-orang penting jika menulis surat, bukankah seperti itu?"  xixiixixi


Dol-swe menerobos masuk dan mencengkeram ketiga kerah para bang, menuntut mereka untuk memberitahunya apa yang telah mereka lakukan pada tuannya. Eun-oh tiba-tiba masuk dan berteriak "kalian orang yang tidak kompeten!!" :D

Trio Bang mendesah dan berkata kalau posisi mereka sekarang akan segera berakhir. Jadi mereka harus menikmati tidak adanya atasan yang menekan mereka dan mereka lebih memilih membuat aturannya sendiri.

Mereka beratanya apa lagi yang dapat mereka lakukan untuk eun-oh. Eun-oh merupakan anak dari seorang bangsawan, jadi mereka tidak melakukan apa-apa padanya. Pemimpin bang mengambil gelas yang terisi setengah penuh untuk melakukan tos; mungkin ini sesuatu hal yang bagus, bagaimanapun juga mereka harus mengisi lubang yang kosong, dan mungkin mereka dapat membuat hakim yang baru ini berpihak pada mereka, atau dapat memanipulasi eun-oh, pikirnya...


Itu artinya mereka akan sedikit menyelidiki eun-oh, untuk meningkatkan kepribadian eun-oh. Dan juga, seseorang harus mengunjungi rumah bangsawan, bangsawan choi. ketiga trio bang saling melirik satu-sama lain, karena mereka tidak ada yang mau menghadapi tuan choi.

Akhirnya pemimpin bang yang datang kekediaman bangsawan choi, dan seperti yang diperkirakan, pemimpin bang mendapat omelan dari tuan choi, kenapa memilih seorang petugas begitu mau tak mau. Ayah eun-oh merupakan sesuatu hal yang perlu di khawatirkan, karena tuan Kim sangat berpengaruh, bahkan melebihi tuan choi.

 

Beralih ke arang dan eun-oh berada..

Arang duduk untuk dilukis wajahnya oleh eun-oh, yang digunakan untuk mencari tahu jati diri arang yang sebenarnya. Masalahnya adalah... Eun-oh pelukis yang buruk, meskipun awalnya bersemangat dengan gambarnya, sampai Arang berkata dengan panik : "aku terlihat seperti ITU?" Eun-oh kemudian melukis ulang..  wkwkwkkw

Eun-oh tetep melukis wajah arang, dan meremas kertas setiap kali hasilnya jelek, ternyata trio bang mengintip dan mengambil remasan kertas tersebut untuk di selidiki. Akhirnya eun-oh membawa pelukis untuk melukis wajah arang, tentu saja bagi pelukis tersebut itu sangat aneh, karena dia tidak bisa melihat hantu, Eun-oh sedikit stress sambil menatap udara kosong.. xixixiix 

Lee-bang melapor ke tuan choi kalau eun-oh mengurung diri dikamar untuk menggambar wajah seorang gadis. mendengar itu kemudian tuan choi menyuruh trio bang mencari tahu apa yang sedang eun-oh cari.


Gagal dalam melukis wajah Arang, maka eun-oh mencoba cara lain : Dimana Arang meninggal? mereka mungkin akan mendapat petunjuk.
Masalahnya adalah, Arang tidak tahu dimana dia meninggal. Dia bangun ketika dia berjalan mengikuti si penagkap arwah. Arang memberikan 2 petunjuk tentang dia, yaitu : 1. Dia adalah hantu amnesia yang bergentayangan selama 3 tahun, dan 2. dia selalu merasakan sakit di sisi kirinya seperti dia ditikam di sebelah sana.
eun-oh : "Kenapa kau hanya mengatakan itu SEKARANG?!" xixiixix  mereka saling balik badan karena kesal :D

 

Perintah pertama yang dikeluarkan oleh hakim untuk trio bang adalah memberikan berkas-berkas laporan tentang kasus yang tidak dapat dipecahakan selama tiga tahun belakangan ini. Eun-oh membolak-balik halaman catatan itu dan berkata : "kenapa mereka berminat pada kejahatan?? :D

Tidak ada yang dapat mereka temukan dalam catatan itu. Arang penasaran, apa mungkin itu bukan pembunuhan? atau mungkin jasadnya tidak ditemukan. Arang cmeberut  ketika eun-oh tertawa dan berkata "kau pasti terkubur sendirian disuatu tempat". Arang mendengus dan berkata kalau eun-oh tidak serius untuk mencari jati dirinya. Arang keluar dari kantor dan menghilang. Sendiri? Membusuk? Dia mengeluh bahwa dia sama sekali telah salah menilai eun-oh

Sambil berjalan-jalan di malam hari, eun-oh sedang memikirkan langkah selanjutnya ketika sebuah rumah menarik perhatiannya. Pintu gerbangnya terkunci, jadi dia melompati tembok pembatas rumah itu.


Ada cahaya dari tumah itu, jadi dia melangkah dengan perlahan, hati-hati membuka pintu. Eun-oh memperhatikan seluruh ruangan : buku yang terbuka diatas meja, perhiasan dan kosmetik wanita yang masih tersusun rapi.

kemudian terdengar suara gumaman hantu. Eun-oh melihat kesekelilingnya, matanya melebar ketika melihat panel yang dibordir dengan hiasan kupu-kupu.
Dijalan yang sama, arang berhenti di depan rumah itu dan penasaran, "apa yang mereka lakukan disana?"
Ternyata ada kerumunan kecil hantu didepan gerbang itu, sedang sibuk karena sesuatu. Arang bertanya apa yang sedang terjadi, dan salah satu hantu itu bilang kalau didalam sedang diadakan upacara peringatan kematian seseorang.


Itu mengingatkan arang ketika dia meringkuk kelaparan. Salah satu hantu menghampirinya dan memberikan bola nasi, yang kemudian dimakannya. Hantu tua itu bertanya siaoa namanya, tapi Arang menjawab kalau dia tidak tahu namanya. Hantu tua itu berkata kalau hantu gadis muda yang masih perawan dipanggil dengan sebutan "Arang", hantu itu menyusuhnya menggunakan nama "Arang". Hantu itu memperingatkan arang kalau kedepannya penuh dengan kelaparan, dan menyarankan Arang hanya memakan beras yang manusia sebarkan untuk menenagkan para hantu.


Eun-oh melanjutkan inspeksinya, tapi tiba-tba seorang pelayan wanita muncul dipintu dan memarahinya karena telah masuk tanpa permisi, dan menyuruhnya untuk mengembalikan semua yang telah eun-oh temukan.
Eun-oh memperkenalkan dirinya sebagai hakim yang baru dan bertanya ruangan siapa ini. Pelayan itu berkata kalau ini adalah ruangan putri hakim yang terdahulu. Ruangan ini tidak dibersihkan karena putri hakim itu menghilang, dan hakim tersebut memerintahkan untuk membiarkan ruangan ini seperti saat sebelum putrinya menghilang : "Ruangan itu adalah segalanya untuknya"

Otak eun-oh bekerja, dan dia bertanya kapan putri hakim itu menghilang, pelayan itu menjawab tiga tahun yang lalu. Eun-oh bergumana, "Aku menemukanmu, Amnesia." :D


Para hantu yang kelaparan bersiap-siap seperti akan diadakannya lomba lari yang menunggu letusan pertama. Mereka semua memperebutkan sirup manis, tapi arang menikut-nyikut hantu yang lain segingga dia ti tengah-tengah para hantu. Gerbang dibuka. Seorag pelayan keluar dengan membawa semangkuk makanan, dan menaruhnya didepan gerbang. Para hantu mulai bertanding, saling mengambil dan mengelilingi mangkuk untuk meng-klaim mangkuk, yang melayang diudara. Hantu tua memberi Arang saran untuk menggunakan antingnya untuk mengambil mangkuk itu : Arang harus malakukan segala cara untuk mendapatkan mangkuk itu

Arang kalah dari hantu lain, yang kemudian melarikan diri. Hantu yang tersisa menyalahakan arang karena mereka tidak kebagian makanan. Mereka meninggalkan Arang dan menyumpahinya, Arang mengeluh, seharusnya para hantu tidak berkelompok seperti itu, tapi kemudian berteriak pada mereka "Apa kalian tidak punya harga diri?"


Kemudian Arang tiba, Eun-oh sedang mondar-mandir dengan gelisah menunggu kedatangan arang. begitu melihat arang, eun-oh langsung menarik lengan Arang dan masuk ke dalam ruangan, memberitahunya kalau dia sudah menemukan jati dirinya. Lee seo-rim adalah namanya.

Arang dibawa masuk kedalam ruangan dan terlihat seerti asing baginyna, melihat barang-barang disana seperti tidak pernah melihat sebelumnya. Arang bertanya, "Apakah kau yakin?" Eun-oh menjawab iya, kemudian menunjuk bordiran kupu-kupu dan berkata kalau itu sama dengan bordiran pada baju Arang. Tpi tidak ada reaksi apapun dari Arang, dan eun-oh menghembuskan nafas kecewa.

 

Eun-oh bertanya pada trio Bang tentang hilangnya putri hakim terdahulu, dan mereka menjawab kalau lenyapnya putri hakim terdahulu merupakan sebuah kesalahpahaman, karena sang putri jatuh cinta pada seseorang dan melarikan diri. Putri tersebut seperti wanita sopan, tapi siapa sangka kalau dia akan lari dengan petugas rendahan.
Eun-oh mengejek pejelasan yang diberikan trio Bang, sementara Arang melotot mendengar penjelasan mereka.

Trio Bang berkata kalau tidak ada yang tahu seperti apa wajah putri hakim terdahulu, karena dia selalu didalam kamarnya. Ayahnya sudah mencarinya dimana-mana, berhenti menjadi hakim dan akhirnya meninggal. Putri hakim terdahulu tidak memiliki keluarga lain. Tapi ada kabar burung kalau putri tersebut telah bertunangan.


Eun-oh memberinya nasehat agar Arang bersemangat. Arang bersedih di pojok pekarangan, dengan murung memainkan tanah dengan ranting. Eun-oh hanya tertarik apakah memorinya telah kembali, tapi Arang tidak ingat, sama seperti hari ketika dia meninggal.
Arang memutuskan kalau dia harus bertemu dengan tunangannya untuk bertanya seperti apakah Arang ketika masih hidup. Tapi dia tidak dapat bertanya langsung, jadi.. bisakah hakim yang melakukannya? wkwkwkkwkk

Eun-oh menolak, dia tidak mau memberi pengumuman ke orang-orang kalau dia dapat melihat hantu. Arang mendesah dan berkata kalau eun-oh sudah mendapatkan jati dirinya dan berterima kasih karena selama ini telah membantunya, kemudian mengucapkan perpisahan. Karena mereka sudah tidak ada alasan lagi untuk bertemu.


Eun-oh tidak dapat menerima itu, matanya menatap tusuk konde yang terpasang di rambut Arang. Yang membuat Eun-oh memaggil Arang kembali, dan berkata kalau dia setuju untuk menemui tunangannya. Arang mengucapkan terimakasih dan merespon dengan wajah lucu  wkwkwkkw

Hari berikutnya, Eun-oh mendatangi rumah tunangan Arang... yang tidak lain adalah Joo-wal, anak tuan choi. Eun-oh men - ckckck - pada Arang, bagaimana mungkin arang lebih memilih orang yang lebih rendah daripada joo-wal, bangsawan desa ini?

 

Eun-oh mengintip dari balik tembok dan melihat joo-wal yang sedang menggambar dihalaman. Arang juga ikut mengintip joo-wal.. dan nafasnya tertahan. Arang memegang dadanya dan bertanya-tanya akan reaksinya. apakah ini perasaan kegembiraan? atau perasaan sedih?

Arang memberitahu Eun-oh kalau dia tidak dapat ikut masuk kedalam. Sambil menepuk-nepuk dadanya, dia berkata, "Ini seperti perlombaan, dan saya tidak dapat bernafas."
Eun-oh berseru tidak percaya dan berkata kalau hantu tidak memiliki hati untuk berdebar-debar. Arang menekan dadanya untuk meyakinkan eun-oh, tanpa berpikir panjang, eun-oh mengangkat tangannya untuk memeganga dada Arang, tapi tiba-tiba berhenti tepat sebelum menyentuh dada Arang, ingat untuk tidak membuat masalah menjadi lebih besar. wkwkkwkkw


Eun-oh menarik tangan Arang untuk masuk menemui joo-wal, tapi Arang menahan kakiny dan berkata kalau dia akan pergi lain waktu. Dia terlalu malu untuk pergi sekarang. Eun-oh mencoba untuk mendorong Arang tapi dia tetapp menolaknya, akhirnya eun-oh menyerah dan mulai berteriak untuk menarik perhatian joo-wal. Arang menutup mulut eun-oh dan menariknya hingga jauh. Tentu saja, menjadi pemandangan yang aneh bagi orang awam. xixiixixi

Mereka berhenti disebuah kedai. Arang meminum semua makgulli yang dipegang eun-oh dan mengambil botol yang baru, eun-oh berusaha untuk menahannya, berkata pada Arang kalau dia sudah cukup banyak minum. 


Arang merasakan pergolakan dalam hatinya, EUn-oh bertanya apa alasan Arang bereaksi seperti ini?, dan arang menjawab, "Aku pasti sangat menyukainya."
Dengan sinisnya eun-oh bertanya kenapa seorang gadis yang sangat mencintai tunangannya mampu melarikan diri dengan orang lain. Arang berkata kalau dia juga tidak mengerti, tapi tetap menolak untuk menemui joo-wal. Arang pasti sangat peduli pada joo-wal, dan arang tidak mungkin dapat menemuinya dengan keadaannya yang seperti sekarang, berantakan.
Eun-oh berkata dalam hati, "kau sudah meninggal". tapi berkata pada Arang kalau joo-wal tidak dapat menemuinya, Arang menjawab, "Tetap saja aku tidak bisa! bukan seperti itu cara bekerja hati seorang wanita." Meskipun arang tidak dapat terlihat, dia ingin bertemu joo-wal tanpa merasa malu.

 
Eun-oh memperlihatkan muka jengkelnya pada arang setelah mendengar yang arang katakan. Arang menutup mukanya dengan kedua tangannya, Arang mengerang dan berkata kalau tidak mungkin ada orang yang mau memberikan pakaian pada hantu yang seperti dia. "Sepertinya aku harus pergi ke akhirat". Eun-oh berteriak histeris karena apa yang akan dia lakukan... yaitu pergi ke toko pakaian. xxiixixi


Eun-oh menggendong Arang di punggungnya, dan ternyata meskipun arang adalah hantu, tetap terasa berat :D Eun-oh memberi catatan pada dirinya sendiri kalau Arang feather-light ketika eun-oh menaruh arang di punggung kuda :" tidak ada jalan tengah untuk yag satu ini!"
Muka Arang sangaaaaaat dekat dengan eun-oh, dan dia terdiam sesaat. Merasakan sesuatu? Tapi ketika pipi arang menyentuh
Off to the clothing shop it is. Omo, is he piggybacking a ghost? Hi-la-ri-ous. And the fact that she’s actually heavy is doubly funny; I guess being a ghost doesn’t preclude you from the laws of gravity? He notes that she was feather-light when he pulled her up on horseback: “There’s no middle ground with this one!”
Her face ends up riiiiight next to his, and he freezes for a moment. Feeling something? But that’s until her cheek actually brushes his, making him rear up at the cold touch, and he drops her. Whoopsie.
Eun-oh reminds himself he doesn’t have to scramble to pick her up quickly ’cause nobody can see her (and therefore judge him for being a terrible piggybacker/caretaker). He urges himself to take it slow: “Because my back is precious!” Ha, you shooting a CF here?
He picks her up again, doubled over from the weight, then sees a pedestrian eyeing him strangely. Thump! He drops Arang immediately. Thankfully she remains asleep the whole time.
Joo-wal makes an unexpected appearance at the gisaeng house, which has all the gisaengs aflutter in excitement. It’s his first time at a place like this, as his servant points out curiously, though it’s not like ice-cold Joo-wal is about to explain his reasoning to anybody.
He sits alone at the head of a long table, while every single one of the gisaengs gather at the other end, hoping to be picked to serve him. He’s actually rented out the whole place for the night, but it’s not for the usual revelries. He eyes the lineup and looks down at his strange black ring, fiddling with it.
It seems he’s looking for something (or someone) in particular, but he doesn’t find it. He gets up in discontent, choosing nobody. As he exits, we see our first glimpse of emotion from Joo-wal, who asks himself, “What am I doing here? Are you crazy, thinking you could find [it] in a place like this?”
He regains his composure. A gisaeng follows him out to pout and flirt, but he pushes her away disinterestedly. Yet something about her strikes him, and with sudden alarm, he shoves her against a tree and holds a dagger to her throat. She whimpers in fear, and he loses the crazy look in his eye. Warning her to cut it out, he leaves.
 
Interesting. What was he expecting? That she was a ghost?
Eun-oh pants and grumbles and staggers along with Arang on her back. Upon arriving, she asks, “Am I not heavy?” Turns out she was awake “waaaay back there,” which earns one frustrated neck-grab (the universal gesture for “Oy, my blood pressure”) from Eun-oh.
 
They’ve come to see Bang-wool, who is NOT thrilled to hear Arang’s voice again. Especially when Arang requests her shaman buddy to outfit her in the finest new clothes, since we saw how well that turned out last time.
But Eun-oh tosses money at her, which turns her right around.
That requires taking measurements, and since Bang-wool can’t see the client, it’s up to Eun-oh. First up? Bust size.
 
Arang decides she can do that one on her own, but is too embarrassed to call out the number. She whispers in Bang-wool’s ear, who promptly shouts it out loud anyway. HAHA.
On to the rest, and measuring her neck brings them in close proximity. They flick glances back and forth, and away, and that awareness just grows as he touches shoulder, arm, hand. It’s a lovely loaded moment, all self-consciousness and nervous touches.
Bang-wool declares the session over, noting that based on the numbers, Arang has an attractive willowy figure—too bad her temper’s so bad.
With the air still awkward between them, Arang bails first. Bang-wool holds Eun-oh back to ask how he can see ghosts. Does he have a secret method? Aw, the shaman wants the talent the magistrate dearly wishes he didn’t have. The world just isn’t fair, is it?
He just warns her not to tell a soul he can see ghosts, if she doesn’t want to become one. He leaves thumping his own heart, wondering, “What’s with me? Are you crazy? I must be.”
He doesn’t see that Arang’s watching him from her rooftop perch, smiling. She was impressed with his generosity about her clothes, and now she congratulates herself for being a good judge of character after all.
 
As Eun-oh crosses the bridge back to town, he encounters Joo-wal, coming the opposite way. They pass silently, but Eun-oh wonders what Arang ever saw in that guy.
Lord Choi receives the report that Joo-wal just returned from the gisaeng house. He finds it out of character, but figures that Joo-wal won’t be feeling like himself inside. I’m thinking he means that figuratively (maybe with the fiancée gone and all), but then he asks how long till the half-month. Er, did you mean that literally? Is he a werewolf?
Joo-wal stands outside looking up at the full moon. Okay, so not a werewolf, exactly—but a something, right?
 
Something wakes Eun-oh in the middle of the night. He opens his eyes to find Arang lying next to him, staring at him. She tells him everyone has their own laments, and asks if he knows hers. “Wearing one set of clothes for three years?” he guesses.
She shakes her head. “No. It’s becoming a virgin ghost without ever having had one kiss.”
“What?”
His eyes widen. She leans in. The episode ends. Argh!

COMMENTS
The humor is what drew me into the show immediately—as I mentioned, it’s like a longer and more detailed Story of Hyang Dan, although I don’t mean in story. More in terms of sensibility. But I expect Arang and the Magistrate to delve into more weighty emotions than the fluffery of a 2-episode show like Hyang Dan, and there’s more intrigue and mystery built in to the premise anyway.
I think it’s the mystery(ies) that’ll keep the pl

No comments:

Post a Comment