Wednesday, January 8, 2014

Romance Town : Episode 1


Met siang semuanyaaa... ^^ aku lagi penasaran sama drama yang satu ini, alur ceritanya kyna lucu, jadi aku pengen coba translate-in drama ini, kalau kalian ingin lihat tulisan aslinya, sumbernya ada di dramabeans.com dan dewi-febriana.blogspot.com ya.. oia, untuk menghargai aq dan para penulis, mohon tidak dicopas yap, cukup copy link nya saja pada nomor sinopsis kalian oke ;)

so.. let's we start d drama... happy reading girls..


 

Saat itu musim panas 1988, Soon Geum kecil sedang menonton pertandingan Olympic bersama ibu dan neneknya lewat tv yang ada dirumahnya. Ibu Soon Geum berharap putrinya menjadi salah satu dari atlet tsb. Dengan begitu ia bisa mendapatkan tunjangan uang dari pemerintah setiap bulannya. Nenek Soon Geum malah berkata cucunya tak punya bakat unggul. Selama Soon Geum tak jadi pembantu, ia tidak akan menyesalinya.



Ibu Soon Geum marah karena nenek sepertinya tengah menyindirnya. "Apa benar-benar tak ada hal lain yang bisa kau lakukan, malahan mengikuti langkahku menjadi pembantu?" hardik nenek pada ibu Soon Geum. Ibu Soon Geum membela diri. Ia berkata menjadi pembantu karena suaminya. Nenek berkata jika ibu tak ingin Soon Geum menjadi pembantu maka harus bekerja keras untuk menyekolahkan Soon Geum sampai ke universitas dan membesarkannya dengan baik hingga bisa menikahi pria kaya. Jangan sampai nasibnya sama seperti ibunya yang salah memilih suami.

Ibu Soon Geum tersinggung. Ia berteriak marah. "Bahkan jika aku mati aku tak akan pernah membiarkan Soon Geum menjadi pembantu." Tiba-tiba ada asap masuk dari jendela. Nenek dan ibu panik karena mengira ada kebakaran. Soon Geum dengan tenang mengatakan tak ada kebakaran. Ibu tak mendengarkan ucapannya. Ia menyuruhnya pergi menyelamatkan diri. Soon Geum keluar.

Sebuah mobil lewat dengan asal mengepul dari knalpot mobilnya. Ia berlari mengikuti mobil itu. 'Saat itu aku berpikir ini: Aku harus mengikuti mobil itu. Jika aku mengikuti mobil itu, tak ada apapun yang menghambat dalam hidupku. Hari itu aku pulang larut malam. Mempercayai bahwa kemiskinanku harus disterilkan. Dengan cara ini, aku tidak akan menjadi pembantu. Karena aku tak ingin ibuku mati.'


Tahun 2003

 

Soon Geum sekarang sudah menjadi murid SMA. Dia menjadi salah satu murid yang nakal. didalam kelas, dia memuat masalah sehingga gurunya menyeret dia keluar kelas.

Saat malam hari, Soon Geum bersama temannya, Yoon Shi Ah, mencari uang tambahan dengan cara bekerja di bar, menemani para tamu menari. Mereka berdandan dengan menor untuk menyamarkan umur mereka. Kang Gun Woo dan Kim Young Hee juga berada disana tengah menggoda para gadis.

 

Setelah mendapatkan bayaran. Soon Geum langsung pulang. Yoon Shi mengeluh. Ia tak mau pulang cepat-cepat. Ia masih ingin mendapatkan uang lebih dari para tamu. Ia terus saja merayu Soon Geum.

 "Ayolah Geum-sshi...Jika kita seperti ini sampai kapan kita bisa mengumpulkan cukup uang untuk membuka toko?" rengek Yoon Shi. "Bukankah kau ingin ibumu keluar dari pekerjaannya?" Soon Geum tak mengindahkan ucapan Yoon Shi. Ia malah melangkah pergi.

Selain di bar, Soon Geum bekerja sambilan di sebuah kedai. Ia memulai pekerjaannya dengan mengangkat ember penuh daging, mengantar pesanan makanan dan memberesi meja makan. Saat tengah mengelap meja, Soon Geum tanpa ragu memakan sisa daging panggang yang ditinggalkan pembeli. Di meja belakang Gun Woo juga tengah menikmati daging panggang. Tiba-tiba Soon Geum teringat Yoon Shi yang masih ada di bar. Takut terjadi apa-apa,  ia kembali kesana untuk menjemput Yoon Shi.

 

Di sebuah ruangan Soon Geum memergoki Yoon Shi tengah berciuman dengan seorang pria. Pria itu Young Hee, teman Gun Woo. Soon Geum masuk. Dengan kesal ia menumpahkan es batu ke kepala mereka berdua dan menelungkupkan ember tempat es batu itu ke kepala Yoon Shi. "Hey, Yoon Shi-sshi, aku sudah memperingatkanmu. Jangan menyentuh alkohol, jangan menyentuh pria." seru Soon Geum marah. Yoon Shi ketakutan dan hanya diam saja.

Tiba-tiba pemilik bar datang, Soon Geum dan Yoon Shi buru-buru keluar, tapi mereka telat, karena polisi datang untuk melalukan inspeksi. Karena Soon Geum dan Yoon Shi tidak memiliki kartu identitas dan masih dibawah umur, maka merekapun dibawa ke kantor polisi.

Di depan polisi Young Hee membela diri bahwa ia tak tahu Yoon Shi masih di bawah umur. Yoon Shi juga berkata itu ciuman pertamanya. Sedangkan Soon Geum memilih diam. Gun Woo datang untuk menjemput Young Hee.

Polisi menginterogasi Soon Geum yang masih tutup mulut. Ia menanyakan identitas ibu Soon Geum dan mengancam akan melakukan tindakan hukum jika Soon Geum tak kooperatif.
"Aku tak punya ibu," jawab Soon Geum berbohong. Tanpa diduga ibu Soon Geum datang.
"Kau tak punya ibu? Mengapa kau tak punya ibu? Ibumu ada disini!" Ibu Soon Geum mengamuk. Ia mematahkan gagang sapu dan berlari mengejar Soon Geum yang sudah kabur duluan.

Soon Geum berlindung di balik polisi yang sedang menginterogasinya. "Siapa itu? Siapa yang merayu putriku?" teriak Ibu Soon Geum membuat keributan. Ia menuding semua pria disana. Gun Woo yang ketakutan langsung terjatuh lemas

 



Ibu membawa Soon Geum menghadap Kepala Sekolah. Ia menyogok Kepala Sekolah untuk memuluskan Soon Geum agar berhasil masuk universitas. Ibu tak ragu menyerahkan seluruh tabungan yang ia dapat dari bekerja sebagai pembantu asal Soon Geum bisa kuliah. Soon Geum mengambil buku tabungan ibu dan terbelalak melihat jumlah uang yang ibunya miliki. Soon Geum tak rela ibunya menyerahkan uang sebanyak itu untuk menjamin pendidikannya. Ia berjanji akan mencari uang nanti dan memberikannya pada ibu.

 

Di rumah ibunya kembali mengamuk setelah tahu Soon Geum tak mau kuliah. Soon Geum malah sudah merencanakan membuka toko minuman keras bersama Yoon Shi. "Jika kau tak kuliah, apa yang akan kau lakukan?" teriak ibu marah. "Aku akan menikah." Ibu makin ngamuk.

Ia mengatakan pria yang menyukai Soon Geum adalah pria yang tak memilik otak yang sama seperti ayahnya. Soon Geum marah mendengar ucapan ibunya. "Apa kau sangat bangga menjadi pembantu? Itu karena kau ingin mendengar orang lain memujimu, kan? Keluarga yang ibunya bekerja sebagai pembantu menyekolahkan anaknya sampai ke universitas."

"Tutup mulutmu," perintah ibu tajam. Soon Geum tak mengindahkan ucapan ibunya. Ia malah makin kalap. "Selalu mengatakan 'Untuk siapa aku hidup? Untuk siapa aku mencari uang?' Mendengar ini membuatku sakit. Ini sangat memuakkan!"

 Tak tahan mendengar ucapan putrinya yang sudah keterlaluan, Ibu mendaratkan tamparan di pipi Soon Geum. "Terlahir sebagai putri dari seorang pembantu, kau tak bisa menyalahkan seorangpun," ucap ibu dengan mata berkaca-kaca.

Tengah malam ibu minum soju sendirian di luar kamar. Ia masih terlihat sedih karena pertengkarannya dengan Soon Geum tadi siang. Di dalam kamar Soon Geum tiduran sambil memegangi pipinya yang masih sakit. Ibu menyanyikan sebuah lagu pengantar tidur untuk Soon Geum. Lalu ia mulai bercerita jika ayah Soo Geum pernah mengatainya bau lemari es, makanan busuk, dan apakah ibu masih terhitung seorang wanita. Ia meratapi nasibnya.
"Bahkan jika kau tak mengerti diriku, apa yang harus kulakukan? Bahkan jika kau tak mengerti aku, bagaimana denganku?"
Soon Geum menangis mendengar ucapan ibunya. Ia menyesali sikapnya yang kasar.

Ketika malam itu mereka berdua sedang terlelap tidur (Soon Geum tidur sambil memeluk ibunya). Ayahnya mengambil semua uang ibunya dan pergi hanya meninggalkan secarik kertas yang isinya "sayang, aku minta maaf. Geum-ah, ayah mencintaimu."

Sekarang kita ada ditahun 2008

Soon Geum mendatangi sebuah bar. Ia menatap gedung itu dengan wajah marah. Dibelakang punggungnya seorang bayi tampak nyaman dalam gendongannya.

  

Sementara itu di sebuah kawasan elit terlihat kesibukan di pagi hari. Para pembantu rumah tangga tampak sibuk melakukan aktivitasnya masing-masing seperti mencuci mobil, menjemur selimut, memotong rumput dan memetik daun selada. Mereka memperhatikan sebuah mobil mewah yang masuk kedalam kawasan itu. Ternyata tuan Kang pulang dari bulan madu bersama istri barunya.

"Apa mereka tetangga kita?" tanya istri Tuan Kang. "Mereka pembantu di jalan no. 1," jawab driver. "Mereka bahkan menggunakan kata pembantu lagi?". Driver meminta maaf karena mengira pemilihan katanya kurang tepat. Istri Tuan Kang malah berkata tak perlu meminta maaf.

Ia memperjelas, pembantu adalah pembantu. Menggunakan sebutan pengurus rumah tangga rasanya kurang tepat dan kuno. Sebutan pembantu terdengar lebih nyaman.

Para pembantu mulai bergosip saat melihat istri muda Tuan Kang. Mereka memuji penampilannya yang elegan, langsing dan terlihat 'mahal'. Bahkan salah satu pembantu berkomentar jika tubuh wanita itu pasti bernilai milyaran won

 

Dua mobil beriringan masuk. Sebuah taksi dan mobil pribadi di belakangnya. Taksi berhenti. Penumpang di dalam taksi adalah seorang nenek dengan menggendong bayi laki-laki. Mobil dibelakangnya terpaksa ikut berhenti menunggu taksi pergi. Nenek tua itu turun dari taksi. Tibat-tiba saja ia berteriak karena tasnya tertinggal di dalam taksi. Mobil pribadi yang berisi 2 ahjumma tak sabar karena nenek itu menghalangi jalan. Mereka mengklakson agar nenek itu minggir. Nenek itu malah kaget dan terjatuh. Dua ahjumma itu langsung turun menolong nenek. Para pembantu dengan sigap ikut menolong.

Nenek itu masih meneriaki supir taksi. Ia memberitahu nama ayah bayi yang digendongnya ada di tas yang terbawa supir taksi. Ibu bayi itu memintanya untuk mengantarkan bayi yang digendongnya ke ayahnya.

"Siapa nama ayah bayi ini?" tanya Hyun Joo salah satu pembantu disana.
"Jang...Kang...," sebut nenek itu. Semua orang tegang.
"Aigoo, atau Hwang ya?""Bukan Kim, kan?" tanya Da Kyum was-was, takut bosnya Kim Young Hee adalah ayah dari anak itu.
Nenek itu benar-benar lupa. Ia mengatakan dirinya sudah terlalu tua dan sama sekali tak ingat. Lalu nenek itu beinisiatif untuk mengumpulkan para pria di komplek itu agar mengidentifikasi sendiri bayi yang dibawanya.

 

 

Semua pria berkumpul mengelilingi bayi itu (bayinya lucu banget deh). Wajah-wajah mereka tampak tegang. Nenek tua itu memandang satu persatu para pria untuk mencari kemiripan dengan sang bayi.

Saat melihat Young Hee, nenek itu berkomentar ia lumayan mirip dengan bayinya. Young Hee langsung menyangkalnya. Nenek tampak putus asa karena tak seorangpun yang mau mengaku. Kemudian ia melihat ke arah Tuan Kang dengan pandangan curiga. Istri Tuan Kang langsung berseru bahwa mereka baru saja pulang dari bulan madu. Harapan terakhir nenek adalah seorang pria tua, Tuan Jang. Tapi nenek malah buru-buru menyangkal sendiri karena keliatannya Tuan Jang memegang sumpit saja sudah tak mampu, hehe...Si nenek benar-benar hopeless.

Persidangan selesai. Orang-orang satu persatu masuk ke dalam rumah. Istri Tuan Jang mencurigai suaminya. Tuan Jang meyakinkan istirnya bahwa ia bukan ayah dari bayi itu.

Da Kyum masuk ke rumah bersama Young Hee. "Hati-hati saat minum. Setelah minum, kau lupa semuanya. Jadi aku sedikit khawatir," nasehat Da Kyum pada bosnya. "Mengapa kau harus khawatir?" tanya Young Hee. Da Kyum agak salah tingkah. Lalu ia menjawab bukankah kita tinggal bersama? Young Hee memukul kening Da Kyum.

Tiba-tiba si nenek berteriak lagi. Ia memanggil kembali semua penghuni rumah. "Aku ingat. Aku ingat sekarang. "Aku ingat namanya." Hyun Joo berlari menghampiri nenek dengan penasaran. "Apa nama marganya?" "Kang," jawab nenek yakin. "Aku yakin namanya Kang. Anak ini bernama Kang San. "Young Hee mendekati Kang San dan bilang bayi itu mirip Gun Woo. Tuang Kang memerintahkan drivernya untuk menghubungi Gun Woo.

Di dalam bar, Gun Woo tertidur karena mabuk berat. Ia tak mendengar bunyi ponselnya.Tuang Kang kesal karena teleponnya tak diangkat oleh Gun Woo Dia menoleh ke arah rumahnya dan berteriak sangat nyaring. "AHJUMMA..."

 

Tak ada sahutan, Tuang Kang melemparkan bola golf ke dalam rumah. Bola itu menggeliding ke arah seorang nenek yang tengah memasak di dapur. Ia tak menghiraukan panggilan majikannya, malah dengan wajah tenang terus memasak.

Di luar Tuan Kang menjelaskan Ahjumma adalah pembantunya yang lebih mengenal Gun Woo daripada ia ayahnya sendiri. Jika ada sesuatu dan Gun Woo telah melakukan kesalahan Ahjumma pasti tahu. Lalu Tuan Kang mengajak semua orang untuk bertanya padanya.

 

Soon Geum masuk ke bar dengan menggendong bayi. Yoon Shi syok melihat kedatangan Soon Geum. Apalagi sambil membawa Ji Min, bayinya. Ia menghampiri Soon Geum dengan wajah kesal. Takut dimarahi bosnya, Yoon Shi menarik Soon Geum masuk ke salah satu ruang karaoke.

Yoo Shi marah karena Soon Geum membawa bayinya ke bar. "Lalu apa yang kau lakukan disini?" tanya Soon Geum tak kalah kesal."Aku sedang bekerja sekarang." "Bukankah tadi kau bilang mau pergi ke supermarket membeli susu? Apa tempat ini supermarket? Ada bau alkohol di makanan bayi. Apa kau suka ada bau alkohol di makananmu?" seru Soon Geum marah.

"Bisakah kau berhenti minum?"Yoon Shi frustasi. Ia malah menangis seperti anak kecil dan bilang mengapa Soon Geum tak membunuhnya saja. Keributan kecil itu membangunkan seseorang yang berada di ruangan itu juga. Gun Woo bangun, menghampiri Ji Min yang ikut menangis. Melihat Gun Woo, tangis Ji Min malah tambah keras.

Soon Geum menoleh. Ia mendorong Gun Woo karena dirasa menggangu. Ia kembali memarahi Yoon Shi. Gun Woo bangun lagi dan lagi-lagi Soon Geum mendorong Gun Woo hingga tersungkur di sofa dan kembali tertidur.

"Ji Min berpikir aku ibunya. Tadi dia memanggil ibu untuk pertama kalinya," beber Soon Geum.Yoo Shi kaget. Ia mengambil Ji Min dari gendongan Soon Geum. Ia meminta bayinya memanggilnya ibu, bukan Soon Geum. Lalu ia mengambil tas dari Soon Geum dan pergi.

 

Soon Geum juga hendak keluar, namun ia teringat kain gendongannya. Ketika berbalik ia melihat kain gendongannya ditiduri Gun Woo. Soon Geum menarik kainnya. Tapi dengan sekuat tenaga ia menarik kainnya, usahanya sia-sia. Tubuh Gun Woo terlalu besar dan ia sama sekali tak terusik oleh tindakan Soon Geum. Soon Geum benar-benar kesal dibuatnya."Orang sepertimu datang kesini menghambur-hamburkan uang untuk makan dan mabuk-mabukan. Tapi untuk kami kain gendongan ini berarti uang."

Unfortunately, just as Soon Geum is ready to leave, she realizes that Gun Woo is sleeping on Ji Min’s blanket. She tries to pull it out under his weight but to no avail. Instead, she falls on top of him, and it’s in this compromising position that a waiter enters demanding that Gun Woo pay the bill.
Soon Geum denies knowing Gun Woo, who’s hugging onto the blanket, half-drunk, and without a wallet. A couple of men start searching Soon Geum for cash. They find an envelope, full of her rent, and they take it from her as payment. If she doesn’t know the guy, then she can get the money back from him later.
 
Back at home, Choon Jak is ready to assume responsibility for the child. Tae Won is frustrated and wants Gun Woo found immediately, and Choon Jak invites the grandmother inside. Yoon Joo refuses to let the grandmother in, trying to assert her position as mistress of the household. Choon Jak: “Since when? and until when? He’s had numerous wives, but only one maid.”
 
Gun Woo stumbles out of the club half asleep, and Soon Geum chases after him – to a parking lot, where he takes off his shoes, places the blanket under his head, and falls asleep in an empty lot. HAHA! Even Soon Geum has to note that he took off his shoes neatly for a half-drunk.
 
She tries to slap him awake, using his own hand, but he accidentally slaps her instead. That’s enough to wake him up, and he starts pleading “I’m sorry!” She hands him the bill instead, and he invites her into his car, where he searches for extra cash. He’s found himself in this situation before, so he usually has backup money. He moans about wanting coffee – if he had a little bit of money for coffee, he could sober up, drive her home, and then pay her back there. Soon Geum gets right up in his face, and Gun Woo’s eyes widen. Yeah – I don’t think he’s had many girls get that close to him before.
Soon Geum wants to smell his breath, but Gun Woo holds it in until she backs off. She orders him to drive, but Gun Woo knows he’ll get caught. He gets caught on half a bottle of beer. He compromises – at least let him have a snack! He grabs two bags of chips: “Do you want the sweet one? Or sweeter?” No response. “How about salty?”
Soon Geum grabs the sweeter one, just to get him to stop. She struggles with opening her bag, so Gun Woo takes it, points at the tiny arrow, and expertly tears off a corner. Yeah – he’s totally done it before. Soon Geum eats one piece at a time; Gun Woo grabs it by the handful. You see why they’re the size they are, right?
He then gives her a tip about eating chips: “You have to eat it this way so it’s tastier.”
Soon Geum is disgusted, but he doesn’t stop bugging her until she does it as well.
What a cute couple the two of them make.
They start driving, and Gun Woo feels worse about losing the picture with him and his grandmother (he means Choon Jak). It was hard for him to get a photo with her. Soon Geum doesn’t mind her dingy wallet was taken from her too – it just made her feel worse that she barely any money in it to begin with. She suddenly asks him to stop at a cafe.
 
Soon Geum hands Gun Woo a cup of coffee. The restaurant she worked for always sent her on coffee errands, and so she was able to collect enough stamps to get a free one. She wonders aloud why he’s in a car full of snacks rather than girls, and he says defensively that she’s a girl. Soon Geum refutes the point – she’s not a girl, just someone in debt.
Gun Woo suddenly asks her if he should go to New York. He doesn’t want to go – now that he’s kind of made a friend in her. He never really wanted to go to begin with though… Soon Geum asks him – does he like her? Gun Woo can’t answer – it’s so cute he’s so shy!
That’s when Soon Geum gets a call from Shi Ah about her father being at their house. She has to go, so she gives Gun Woo her number and tells him to please call her. She trusts him to – even though they don’t know each other’s names. Poor Gun Woo though – when he gets up, the chair is stuck around his butt. It would have been funny – if Jung Gyu Woon had not played the scene so poignantly.
 
Turns out, Soon Geum’s father had gambled away all of their house deposit. She calls him up and begs him to stop hurting her this way. She says Mother will return from the grave – and that’s the first we hear of her mother actually passing away. But her father heartlessly hangs up, knowing that despite having caused trouble for his daughter, she’ll find a way to survive anyways. Soon Geum arrives home, upset and embarrassed to face her friend (since the house deposit was Shi Ah’s money). Shi Ah comforts her – at least Soon Geum’s father comes back looking for her. There are people in far worse situations than the Soon Geum.
It’s the middle of the night and Da Kyum is fixing up a midnight snack. Young Hee comes looking for a bottle opener, and even though she tells him it’s right in front of him, he refuses to “see” it. Da Kyum has to come over and pick it out for him. When he grabs it from her hand, his arm brushes her chest, and they freeze in the moment – he completely aware of what he’s done, and she refusing to move away until he moves his arm first.
 
She is called away to her room, and there she brings in the food for the other maids in the area – Hyun Joo, Soo Jung, and Zar Lin (Hwang Yong’s maid). They’re all playing Go Stop while Zar Lin announces they’ve won the lottery! They matched six numbers, and the ladies freak out. Da Kyum grabs the slip to check – and reveals they haven’t won – they didn’t win all six numbers in one row. They all beat Zar Lin for giving them such high hopes.
 
Gun Woo finally arrives home. His father is outside, waiting for him. He begs his son to let him enjoy his post-wedded bliss, and that it’ll all be OK since Gun Woo is leaving for New York tomorrow. Choon Jak, the grandmother, and Yoon Joo come out, and they show the baby to Gun Woo. In just a matter of looks and sighs, Gun Woo knows he has to take the fall of being the baby daddy.
 
The next day, Young Hee assaults Gun Woo – who the hell would have thought Gun Woo would be a father?! But Young Hee is smart – he knows the kid resembles Tae Won more, and wonders if Gun Woo was just forced to take the fall. Gun Woo pays more attention to the number Soon Geum left for him on a napkin, and so Young Hee takes the non-answer to mean a “yes.”
Meanwhile, Yoon Joo is fretting. Who will take care of the baby if Gun Woo leaves, and is she already a (God forbid) grandmother!? Tae Won tells her not to worry about it – they can hire someone else to take care of “Gun Woo’s mistake.” Yoon Joo goes to Gun Woo’s room, and notices the baby blanket and number on the napkin. Hmm…
Choon Jak takes Gun Woo to the airport to see him off, and Yoon Joo is highly annoyed that the maid gets to do anything she wants. Meanwhile, Soon Geum is nervously waiting for Gun Woo’s call. She needs his money to pay her rent. Suddenly, the phone rings.
 
Yoon Joo called Soon Geum over thinking that she’s the baby mama. She waits for Soon Geum outside the house, carrying the baby in such an insecure way that I seriously feel like she’s going to drop the baby. Thankfully, Soon Geum arrives in time to take the baby away from her, and soothes him. Kang San stops crying, and all the maids notice Soon Geum’s calming presence. Yoon Joo is impressed; if Soon Geum is not the mother, she will offer double the amount Soon Geum wants as long as she becomes a maid in the household and takes care in raising the baby.
 
We’re now in 2011. Kang San is a cute, perky three-year old who runs to Soon Geum’s room in his pajamas. He pinches her cheek, trying to wake her up.
Soon Geum is dreaming of her father. He’s telling her to come home with him instead of working as a maid. He asks her to just follow for ten minutes, and drives the pickup truck with the smoke machine. Soon Geum finds herself chasing after the smoke like in her youth. Then, the smoke turns into money, and she cheerfully runs after him, watching money floating from the heavens.
That’s when Yoon Joo yells, “The rice is burning!” Woops.
 
Later that day, she stops by a quick mart to drop off all her change – winnings from playing go-stop. She uses it to buy a game ticket from the guy behind the counter, Choi Gun. When she steps outside, standing next to GUN-WOO-LOOKING-MIGHTY-FINE-WHILE-SIPPING-A-SODA, she decides to take another chance. She purchases another ticket – this time with her cash. This second ticket is solely for her, and the first ticket is the one she’ll share with the other maids.
Outside, Gun Woo muses that the neighborhood hasn’t changed very much from three years ago.

No comments:

Post a Comment